Jumat, 27 April 2012

Perempuan Lebih Berisiko Mengalami Flek

Noda hitam di wajah atau yang disebut flek merupakan masalah yang banyak dialami perempuan di Indonesia. Flek ini bisa timbul karena berbagai faktor, antara lain faktor genetik dan juga faktor luar. "Faktor luar seperti polusi, sinar UV, kosmetik, usia, dan lain-lainnya, bisa menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi," ungkap dr Abraham Arimuko, SpKK, dalam acara yang digelar The Body Shop di Patio Function House di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (25/4/2012) lalu.
Flek hitam pada wajah tak hanya dialami oleh kaum perempuan, tetapi juga laki-laki. Meskipun begitu, kaum perempuan lebih berpotensi mengalami flek ini karena faktor hormon perempuan.

Menurut Abraham, hal yang paling memengaruhi timbulnya hiperpigmentasi ini adalah kandungan melanin di bawah kulit yang dipengaruhi oleh produksi hormon estrogen dalam tubuh perempuan. Hormon estrogen akan memengaruhi pembentukan enzim tirosinase yang mengatur frekuensi dan jumlah melanin yang akan dikeluarkan, dan muncul ke permukaan epidermis kulit.

Hormon estrogen ini akan semakin meningkat pada masa waktu tertentu dalam periode siklus perempuan, misalnya saat sedang menstruasi. Penumpukan pigmen atau melanin di lapisan kulit akan memicu munculnya noda-noda hitam di kulit yang dikenal dengan dark spot atau hiperpigmentasi.

"Namun, produksi melanin akibat hormon yang meningkat ini memang tidak akan langsung terlihat efeknya, melainkan dalam waktu yang cukup lama karena sudah menumpuk dan mencapai permukaan. Baru timbullah flek ini," jelasnya.

Selain menstruasi, faktor penyebab lain yang memicu peningkatan produksi hormon estrogen adalah penggunaan pil KB yang terus-menerus, dan hormon estrogen yang terbentuk akibat kehamilan.

"Perempuan hamil pasti akan terlihat memiliki banyak flek, terutama di bagian wajah dan leher mereka. Namun biasanya flek akan hilang lagi setelah melahirkan," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tulis Komentar Anda Disini